Berita Utama Otomotif

Program Bauran Etanol 10% (E10) di Indonesia, Bagaimana Dampaknya ke Pertalite?

Selama beberapa bulan terakhir, topik tentang bahan bakar campuran etanol kembali jadi sorotan. Pemerintah resmi menargetkan penerapan program Bauran Etanol 10% (E10) mulai 2027 sebagai bagian dari strategi transisi energi hijau. Namun, banyak masyarakat yang bertanya-tanya: Pertalite mengandung etanol berapa? dan apakah program ini akan mengubah spesifikasi bahan bakar yang selama ini digunakan jutaan kendaraan di Indonesia?

Artikel ini akan mengupas tuntas tentang kebijakan E10, bagaimana dampaknya terhadap Pertalite, serta apa artinya bagi konsumen dan industri otomotif di Indonesia.

Apa Itu Program E10?

Program E10 merupakan kebijakan pemerintah untuk mencampurkan 10% bioetanol ke dalam bahan bakar bensin. Tujuannya sederhana tapi strategis: mengurangi ketergantungan pada impor minyak, menekan emisi karbon, serta mendorong penggunaan energi terbarukan berbasis hasil pertanian seperti tebu atau singkong.

Menurut rencana pemerintah, penerapan awal program ini akan dimulai secara bertahap pada 2027. Artinya, sebelum itu masyarakat masih menggunakan bahan bakar reguler tanpa campuran etanol, termasuk Pertalite.

Baca juga : Amankah Mencampur BBM dengan Cairan Penambah Oktan? Cek Fakta & Resikonya

Pertalite Mengandung Etanol Berapa?

Hingga saat artikel ini ditulis (Oktober 2025), Pertalite belum mengandung etanol alias masih 0%. Informasi ini dikonfirmasi langsung oleh pihak Pertamina yang menyebutkan bahwa uji coba pencampuran etanol baru dilakukan pada skala terbatas, bukan untuk distribusi nasional.

Jadi, jika kamu bertanya “Pertalite mengandung etanol berapa?”, jawabannya masih tidak ada campuran etanol untuk saat ini. Namun, ke depan, jika kebijakan E10 diterapkan menyeluruh, bukan tidak mungkin Pertalite atau produk penggantinya akan menggunakan formula baru yang mengandung 10% bioetanol.

Dampaknya untuk Kendaraan

Salah satu kekhawatiran pengguna kendaraan adalah dampak etanol terhadap mesin. Beberapa merek otomotif, seperti Toyota dan Honda, bahkan sudah melakukan uji kompatibilitas bahan bakar campuran etanol di Indonesia.

Secara umum, kendaraan keluaran baru (sekitar tahun 2018 ke atas) dinilai aman menggunakan bahan bakar E10. Namun untuk kendaraan lama, terutama motor karburator atau mobil dengan sistem bahan bakar konvensional, perlu dilakukan penyesuaian, misalnya penggantian komponen karet atau pipa bahan bakar agar tidak cepat korosi.

Meski begitu, sejumlah pabrikan menyambut baik kebijakan ini. Mereka menilai transisi ke bahan bakar hijau bisa membuka peluang inovasi baru di sektor otomotif dan memperluas pasar kendaraan ramah lingkungan.

Dampak Ekonomi & Energi Nasional

Selain sisi teknis, program E10 punya dampak ekonomi yang besar. Pemerintah memperkirakan substitusi 10% bahan bakar bensin dengan bioetanol bisa menghemat triliunan rupiah dari impor minyak mentah setiap tahun. Di sisi lain, industri pertanian juga akan diuntungkan karena bioetanol dihasilkan dari tebu, jagung, dan singkong.

Dengan begitu, E10 bukan hanya isu otomotif, tapi juga strategi ekonomi nasional untuk memperkuat ketahanan energi dan membuka lapangan kerja baru di sektor bioenergi.

Apa yang Perlu Disiapkan Konsumen?

Bagi masyarakat, transisi ke E10 tidak akan terjadi secara mendadak. Pemerintah memastikan akan ada masa sosialisasi dan pengujian bertahap sebelum E10 diterapkan penuh. Jadi, tidak perlu panik atau langsung mengganti kendaraan.

Namun, penting untuk memperhatikan rekomendasi dari pabrikan mobil atau motor kamu. Jika kendaraanmu masih menggunakan sistem lama, sebaiknya mulai mempersiapkan perawatan rutin dan mengecek bahan komponen agar lebih tahan terhadap bahan bakar beretanol.

Kredit Mobil Baru yang Siap E10? Cek di SEVA

Kalau kamu sedang berencana ganti mobil baru yang lebih efisien dan siap dengan standar bahan bakar masa depan seperti E10, kamu bisa mempertimbangkan pembelian melalui SEVA.id.

Kamu bisa menelusuri Katalog Mobil Baru SEVA yang berisi berbagai model mobil terkini dari brand-brand terkemuka seperti Toyota, Daihatsu, Honda, hingga Isuzu, semuanya sudah memenuhi standar emisi terbaru dan kompatibel dengan bahan bakar beretanol.

Proses pengajuan kredit di SEVA juga sepenuhnya online, cepat, dan transparan. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Kunjungi Website SEVA di www.seva.id
  2. Pilih Mobil dan Simulasi Kredit – gunakan fitur “Simulasi Kredit” untuk menghitung estimasi cicilan sesuai DP dan tenor yang kamu inginkan.
  3. Gunakan Fitur “Instant Approval” – agar proses analisis keuangan lebih cepat dan hasil persetujuan bisa didapat secara instan.
  4. Isi Formulir Pengajuan Kredit dan Unggah Dokumen seperti KTP, NPWP, slip gaji, dan rekening tabungan.
  5. Tunggu Proses Verifikasi dan Persetujuan – SEVA bekerja sama dengan lembaga pembiayaan terpercaya seperti Astra Credit Companies (ACC) yang terdaftar di OJK.
  6. Setelah disetujui, mobil akan dikirim langsung ke alamatmu melalui jaringan dealer resmi Astra.

Kamu juga bisa mencoba fitur Kalkulator Kredit SEVA untuk membandingkan berbagai skema cicilan sesuai kemampuan finansialmu.

Dengan cara ini, kamu bisa membeli mobil baru yang lebih hemat energi sekaligus siap menghadapi era bahan bakar beretanol tanpa ribet.

Baca juga : Perbandingan Mobil Listrik, Hybrid, dan Bensin: Mana yang Paling Tepat untuk Kamu?

Kesimpulan

Program Bauran Etanol 10% (E10) bukan sekadar kebijakan energi, tapi langkah besar menuju masa depan transportasi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Saat ini, Pertalite belum mengandung etanol, tapi arah kebijakan menunjukkan bahwa transisi ke bahan bakar campuran akan segera menjadi kenyataan.

Bagi kamu yang ingin bersiap dari sekarang, memilih kendaraan terbaru yang kompatibel dengan E10 bisa jadi langkah cerdas. Dan semua itu bisa kamu mulai dengan mudah lewat SEVA.id.

FAQ

1. Kapan Pertalite mulai mengandung etanol?
Kemungkinan besar setelah 2027, seiring penerapan penuh kebijakan E10 secara nasional.

2. Apakah semua kendaraan bisa menggunakan bensin E10?
Tidak semua, tapi mobil keluaran terbaru umumnya sudah kompatibel dengan bahan bakar E10.

3. Apa bedanya Pertalite E10 dengan Pertamax Green 95?
Pertamax Green 95 sudah mengandung bioetanol sejak awal, sedangkan Pertalite baru akan menyesuaikan nanti.

4. Apakah E10 lebih boros dibanding Pertalite biasa?
Secara teori konsumsi bisa sedikit meningkat, tapi perbedaannya kecil dan sebanding dengan manfaat lingkungannya.

5. Apakah harga Pertalite akan naik jika mengandung etanol?
Harga akan bergantung pada kebijakan pemerintah dan biaya produksi etanol di dalam negeri.