Ternyata Cara Mendapatkan SIM di Luar Negeri Lebih Susah

Surat Izin Mengemudi atau SIM merupakan salah satu syarat wajib yang diperlukan dalam berkendara. Dengan mengantongi surat izin ini, Anda diakui sebagai pengendara yang terampil dalam mengemudi sehingga dapat membawa kendaraan dengan aman.

Mempunyai SIM juga suatu keharusan yang wajib dipenuhi para pengemudi di beberapa negara. Namun, prosedur dan tampilan  SIM terbilang berbeda dengan di Indonesia.

Lantas, apa saja yang membedakan kebijakan pembuatan SIM di negara lain? Lebih lanjut simak uraiannya berikut ini.

Dikeluarkan oleh pemerintah, bukan polisi

Ketika Anda ingin membuat SIM, pengemudi di Indonesia diwajibkan mengurus berbagai berkas yang diperlukan lebih dahulu. Lalu, bila berkas yang dibutuhkan sudah terpenuhi, barulah kita mengunjungi Kepolisian Daerah (Polda) sesuai domisili masing-masing.

Namun, di beberapa negara, prosedur mengurus SIM tidaklah ke kepolisian. Melainkan ke pemerintah setempat (dalam hal ini Menteri Perhubungan).

Baca juga: Peraturan Lalu Lintas di Negara Lain Terkait Kemacetan

Misalnya di Amerika Serikat. Setiap pengemudi yang ingin mengurus SIM, harus melalui Department of Motor Vehicles. Mereka harus daftar online lebih dulu, setelah itu menunggu panggilan untuk datang ke departemen pemerintahan tersebut.

Biaya cenderung lebih mahal

Selain itu, pembuatan SIM di luar negeri juga terbilang lebih mahal daripada di Indonesia. Warga negara yang ingin membuat SIM umumnya akan dikenai biaya mencapai puluhan juta rupiah.

Ambil contoh di Jepang. Pembuatan SIM di Jepang terbilang lebih mahal. Dilansir dari Otodetik.com, biaya pembuatan SIM di Jepang ialah sekitar Rp30 juta dan untuk orang asing yang ingin berkendara di Jepang, dikenai tarif sebesar Rp90 juta rupiah.

Baca juga: Bolehkah WNA Mengendarai Mobil di Indonesia?

Karena biaya membuat SIM yang begitu mahal, tak jarang warga Jepang yang merasa enggan untuk menyetir mobil atau bahkan membeli mobil. Makanya, masyarakat Jepang cenderung aktif menggunakan transportasi umum buat mendukung mobilisasinya.

Tes atau ujian SIM cenderung lebih sulit

Jika kita bicara soal ujian untuk mendapatkan SIM, prosedur ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan Indonesia. Baik di Indonesia maupun di luar negeri, ujian yang diterapkan ialah ujian tulis dan praktik.

Namun, untuk ujian tulis di beberapa negara ada yang menyertakan dan ada juga yang tidak. Contohnya ujian psikologi yang umumnya menjadi syarat wajib ujian tulis di Indonesia.

Pada umumnya, ujian tulis di beberapa negara  terdiri dari pertanyaan seputar teori mengemudikan mobil. Ujian tersebut dikerjakan sendiri, tidak bersama-sama.

Bila Anda lolos dalam ujian tulis tersebut, Anda bisa melaju ke tahap berikutnya, yaitu tes kesehatan, praktik mengemudi, dan seminar  lalu-lintas.

Bentuk dan informasi di dalam SIM

Belum lama ini Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri menginformasikan akan meng-upgrade tampilan dan fungsi SIM menjadi smart SIM pada 22 September mendatang. Smart SIM itu nantinya akan menjadi kartu paripurna yang bisa digunakan untuk belanja, membayar tol, membayar denda, rekam jejak pelanggaran lalu lintas, dan membayar tilang.

Meski hal ini menjadi informasi baru, tapi tampilan SIM di negara lain sudah lebih futuristis. Pasalnya, dilansir dari berbagai sumber, di India dan Australia sudah menetapkan SIM digital yang bisa diakses melalui smartphone Anda. Jadi, SIM tersebut lebih praktis dan mudah dibawa-bawa.

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Asuransi Kendaraan dan Cara Mengurusnya

Bahkan, mengenai informasi yang ada di SIM juga lebih simpel. Di berbagai negara umumnya hanya menampilkan informasi terkait nama, jenis mobil atau SIM, dan tanggal berlaku SIM tersebut.

Jika melihat dari prosedur pembuatan SIM di atas, sebenarnya terbilang lebih sulit didapat, ya. Kira-kira ada tidak kebijakan yang cocok diterapkan di Indonesia?