Search Cars

Travel & Lifestyle

Lupakan Sinyal, Ini Lokasi Traveling yang Membawa Anda ke Zaman Prasejarah

Bagi anda yang ingin melepaskan diri dari sinyal dan merasakan kehidupan zaman prasejarah, coba mampir ke ke Rammang-Rammang di Kabupaten Maros, Makassar!

Jika berniat ke Rammang-Rammang dan berangkat dari Makassar sebaiknya berangkat sebelum pukul 07:00.

Lewatkan sarapan di hotel dan mampir ke Nasi Kuning Riburane dalam perjalanan. Tersedia porsi besar dan kecil berisi telur pindang rebus, sayur nangka, sayur labu, abon sapi, sambal goreng, serta lauk berupa paru, daging, atau ayam goreng.

Kelezatan Nasi Kuning Riburane di Jalan Riburane tak perlu diragukan lagi, karena warung yang buka pukul 06:00 ini tak pernah sepi.

Naik Katinting

Akses menuju Rammang-Rammang yang terletak di Desa Berua ini sebenarnya mudah, yaitu dari Jalan Poros Makassar- Maros tinggal mencari plang petunjuk menuju Pabrik Semen Bosowa di sebelah kanan jalan.

Setelah melihat plang tersebut, belok kanan dan terus melaju mengikuti jalan. Sekitar tiga kilometer, di sebelah kiri terlihat sebuah dermaga mungil, atau oleh masyarakat disebut dengan Dermaga 01.

Dari sinilah gerbang menuju Rammang-rammang, di mana turis harus naik katinting (perahu kayu bermotor) menyusuri Sungai Pute. Satu katinting berkapasitas lima orang dan disewakan Rp 250.000 untuk perjalanan pulang-pergi.

Selama perjalanan di atas katinting, mata akan dimanjakan dengan julangan tebing karst dan pohon bakau. Sesekali katinting meliuk lihai menghindari batu karst yang menyembul dari dasar sungai.

Di Sungai Pute pun dipasangi rambu-rambu lalu lintas yang tak hanya berguna bagi nakhoda, tapi juga bagi penumpang. Misalnya saja, terdapat rambu informasi keberadaan gua beserta ketinggiannya, sehingga penumpang tidak disarankan berdiri di atas.

Awal Mula Rammang-rammang

Setibanya di Desa Berua, selain akan disambut oleh seorang pemandu, sejauh mata memandang, yang terhampar adalah sawah dengan padi yang menghijau dengan tebing karst raksasa sebagai latarnya.

Hanya ada beberapa rumah di desa ini dan cat berwarna terangnya memberikan sentuhan yang menawan bagi setiap foto yang dihasilkan.

Menurut pemandu, hamparan karst di sini luasnya 45.000 hektar, atau merupakan terbesar kedua di dunia setelah Stone Forest (Shilin) di China.

Terbentuk selama jutaan tahun, di antara tebing karst ini juga terdapat ratusan gua. Di beberapa gua tersebut terdapat lukisan-lukisan purba yang menurut penelitian arkeolog berasal dari sekitar tahun 3.000 hingga 8.000 SM.

“Di sini pun kalau malam, langit bertabur bintang, dan karena tidak ada kendaraan bermotor, yang terdengar hanyalah suara serangga. Ponsel juga tidak dapat digunakan di sini, karena walau sudah ada listrik, namun belum ada sinyal, apalagi Wi-Fi!” jelas pemandu yang akrab disapa Daeng.

Kawasan karst ini terbentuk selama berjuta-juta tahun melalui proses pengangkatan daratan dari dasar laut, sehingga menyebabkan terbentuknya lorong-lorong gua yang beberapa di antaranya dialiri sungai bawah tanah akibat proses karstifikasi. Bentukan khas dari proses pelarutan gamping ini kemudian menjelma menjadi pemandangan yang indah.

Gua Zaman Prasejarah

Selain Desa Berua, pemandu juga akan mengajak turis untuk mengunjungi Gua Pasaung yang dapat ditempuh dengan trekking sekitar 20 menit melalui pematang sawah.

Gua Pasaung adalah sebuah gua dari zaman prasejarah yang dindingnya dihiasi sejumlah cap tangan manusia purba. Cap tangan yang menempel pada dinding gua dipercaya sebagai pelindung para penghuninya dari roh jahat.

Selain cap tangan, di dinding gua juga terdapat gambar perahu, rusa, dan ikan, menggambarkan keseharian penghuni gua tersebut, di mana mereka bertahan hidup dengan berburu.

Tak jauh dari Gua Pasaung terdapat batu karst unik. Dinamai Kingkong, batu yang terbentuk secara alami ini memang menyerupai primata raksasa dalam film King Kong dengan lekukan-lekukan yang mirip dua mata, hidung, serta mulut dengan bibir yang tebal.

Seketika bentuk itu mengingatkan Skull Island, pulau fiksi dalam film tersebut, yang juga dikelilingi tebing karst dan memiliki batu mirip Batu King Kong, hanya saja ukurannya jauh lebih besar.

Jika ke Rammang-Rammang, jangan lewatkan untuk menginap di sini untuk kembali menikmati kedamaian yang jauh dari hiruk-pikuk kota dan kemajuan teknologi. Namun, bisakah Anda hidup tanpa sinyal walau hanya semalam?

Butuh Bantuan?

Untuk tahu lebih lanjut, yuk ngobrol dengan Agen SEVA. Kami akan menghubungi kamu dalam 1x24 jam.

Nama Lengkap

Nomor Handphone

+62

Nomor yang kamu masukkan tidak valid.

Rekomendasi Mobil Untukmu

Baca juga dari SEVA blog

Muat lebih banyak lagi

Join Yuk, Agar Tetap Update!

Dapatkan tips, berita, review, dan penawaran terbaru dari SEVA!

Email

Dengan mengirimkan email Anda, Anda menyetujui Ketentuan dan Pemberitahuan Privasi kami. Anda dapat memilih keluar kapan saja. Situs ini dilindungi oleh reCAPTCHA dan Kebijakan Privasi serta Ketentuan Layanan berlaku.