Travel & Lifestyle
Ini Alasan Lebaran Punya Tradisi Baju Baru
Lebaran semakin dekat! Momen ini pun identik dengan segala sesuatu yang baru, baik pakaian, gadget, hingga kendaraan. Lalu kenapa ada tradisi baju baru Lebaran? Berikut jawabannya!
Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri banyak dimanfaatkan orang untuk berbelanja. Setelah satu bulan lamanya berpuasa di bulan Ramadan, wajar saja bila semua orang ingin tampil beda dan rapi pada momen istimewa saat Lebaran.
Selain identik dengan ketupat, opor, dan makanan khas lainnya, tradisi hari Lebaran identik dengan yang baru.
Baca juga: Makanan Khas Lebaran di Indonesia yang Paling Banyak Dicari
Ya, Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri banyak dimanfaatkan orang untuk berbelanja. Apalagi Tunjangan Hari Raya (THR) sudah di tangan, otomatis keinginan belanja semakin menggebu.
Tapi perlu diingat, belanja saat lebaran, baik pakaian, gadget, hingga kendaraan tidak perlu berlebihan hingga menyebabkan pemborosan uang.
Boros merupakan perilaku yang tidak baik namun sulit dihindari. Dalam Islam boros sendiri sudah dilarang dalam Alquran Surah Al-Isra’ 26-27 yang terjemahannya berbunyi, dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat kufur kepada Tuhannya.
Bila boros itu dilarang, maka bagaimana bisa tradisi hari Lebaran identik dengan yang baru?
Di Indonesia, memakai dan belanja baju Lebaran sudah dimulai sejak berabad-abad lalu. Tepatnya tahun 1596. Sejarah pemakaian baju baru ditulis dalam buku Sejarah Nasional Indonesia karangan Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.
Memakai baju baru saat Lebaran bukan hanya budaya orang Indonesia saja. Terdapat dalil-dalil sahih berupa hadis Nabi dan atsar (perkataan) para ulama ahlus sunah wal jama’ah yang menunjukkan bahwa hal itu memang boleh dan ada tuntunannya.
Dikutip dari bincangsyariah.com, “Sungguh Abdullah bin Umar, ia berkata : “Umar mengambil sebuah jubah sutra yang dijual di pasar, ia mengambilnya dan membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, belilah jubah ini serta berhiaslah dengan jubah ini di hari raya dan penyambutan. Rasulullah berkata kepada Umar : “sesungguhnya jubah ini adalah pakaian orang yang tidak mendapat bagian”. (HR. Al Bukhari).
Dari hadits ini diketahui, bahwa berhias di hari raya termasuk kebiasaan dan budaya yang sudah ada di kalangan para sahabat, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam juga tidak mengingkarinya.
Tapi jika tidak ada yang baru, baju lama juga tidak masalah. Ingat lagu Baju Baru yang dinyanyikan Dhea Ananda, liriknya begini “Baju baru Alhamdulillah. Tuk dipakai di hari raya. Tak punya pun tak apa-apa. Masih ada baju yang lama.” Lirik lainnya “Hari raya Idul Fitri. Bukan untuk berpesta-pesta. Yang penting maafnya lahir batinnya.”
Baca juga: Jangan Salah Waktu, Ini Saat yang Tepat Belanja Baju Lebaran
Dalam budaya Jawa, ada istilah laku papat, yang artinya empat perilaku.
Empat perilaku itu maksudnya Lebaran yang mempunyai makna telah usai, Luberan yang maknanya adalah limpahan berkah untuk bersedekah, Leburan yang secara singkat mempunyai arti dosa yang telah dihapuskan, dan Laburan yang artinya kesucian dan jernih kembali karena Lebaran.
Meski tidak dilarang dengan tradisi hari Lebaran identik dengan yang baru, tapi jangan sampai boros ketika belanja dan menghilangkan makna Lebaran itu sendiri.